BELITANG, MUNGIL DENGAN POTENSI YANG DAHSYAT...
Tulisan ini bukan untuk menyombongkan diri,tapi ini adalah bakti ku
sebagai Putra Belitang untuk mempromosikan tanah kelahiranku.
Senyum dulu ya,sebagai tanda keramahan dari warga Belitang...
Belitang merupakan nama dari sebuah kecamatan di Oku Timur,Sumatra
Selatan.Meski hanya sebuah kecamatan,Nama Belitang tidak hanya terkenal
di Sumatera Selatan,tapi juga di Jawa.(Lihat saja ada Bus jurusan
Belitang-Jakarta,bahkan lagunya juga ada Antara Belitang-Jakarta)
Penduduk belitang merupakan penduduk yang heterogen yang terdiri dari
berbagai suku,ras,agama dan golongan,meskipun berbeda mereka menyatu
dalam kesatuan masyarakat Belitang
Budaya Belitang, secara garis besar,
lebih dominan dari budaya orang-orang pendatang (transmigrasi khususnya
orang jawa) Berbagai pertunjukan seni tradisional masih terus digelar
misalnya dari pertunjukan pagelaran wayang kulit yang biasa ditanggap
pada saat acara pernikahan, khitanan, atau lainnya misal kegiatan adanya
bersih desa yang biasa disebut oleh masarakat sekitar adalah “Rasulan”
dengan di adakannya pagelaran wayang kulit semalam suntuk.Belitang
merupakan salah satu basis kebudayaan Jawa di Sumatera yang
masih kuat hingga sekarang.
“Arep menyang ngendi cah?”
“neng Jogja, iki arep mangkat”
“Karo sopo?”
“dewean”
"Arep ngopo tho rono?"
"Arep ngendangi pacarku?"
SEPENGGAL
percakapan itu bukan terjadi di tanah Jawa, namun di tanah seberang Sumatera.
Tepatnya di Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur),
Sumatera Selatan. Percakapan yang ceria itu juga mencerminkan kemudahan
hidup warga Belitang.Jawa yang diceritakan di awal tulisan ini, memang menjadi
bahasa sehari-hari (lingua franca) masyarakat Belitang. Memang banyak
bahasa yang gunakan di daerah ini. Bahasa Melayu-Palembang dan bahasa
Indonesia, juga populer. Namun, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa
percakapan sehari-hari di Belitang.
Penduduk asli suku Komering
atau berbagai suku pendatang dari daerah lain yang menetap di daerah
pertanian ini, juga cukup mahir berbahasa Jawa. Selain itu banyak
nama-nama penduduk yang mengacu pada peristilahan khas Jawa seperti Hariyanto,
Prayogo, Siswanto, Winarno, Poniyem, dan sebagainya. Nama desa juga
banyak yang seperti di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Tawang Rejo,
Bangun Harjo, Sido Mulyo, Donoharjo, Sido Dadi, Banyumas, Tegalrejo,
dan sebagainya.
Masyarakat Belitang memang masih dan akan tetap
memelihara budaya leluhur. Bahkan Belitang boleh disebut merupakan salah
satu basis pelestarian budaya Jawa di Sumatera yang masih kuat hingga
sekarang. Pertunjukan seni tradisional masih subur sesubur di tanah
leluhurnya. Kesenian seperti reog, jatilan, ketoprak, dan wayang kulit,
masih banyak dijumpai ketika ada momen-momen tertentu seperti
pernikahan, sunatan, dan peringatan hari besar nasional.
Berbagai pertunjukan seni tradisional masih
terus digelar, seperti reog, jatilan, ketoprak, dan wayang kulit. Soal
wayang kulit, dari sekitar 100 dalang Wayang Purwa yang ada di Sumsel,
sebanyak 67 dalang tinggal di daerah Belitang. Namun
secara garis besar, budaya di Belitang lebih di dominan oleh budaya
orang-orang pendatang (transmigrasi).mayoritas penduduk Belitang adalah
suku jawa.dalam percakapan sehari-hari mayoritas masyarakat Belitang
menggunakan bahasa jawa,selain itu ada juga yang menggunakan bahasa
komering,Sunda,Ogan,Bali,Batak,dll.Penduduk Belitang memiliki berbagai
budaya,adat,seni dan tradisi.Meski pun berbeda,mereka saling
menghargai.Penduduk Belitang sangat ramah terhadap siapapun,asal tidak
diganggu.Oh ya di Belitang juga terdapat tradisi ngaben dari masyarakat
Bali.
Sebagian besar masyarakat Belitang
beragam Islam,disamping itu terdapat juga pemeluk
Katolik,Kristen,Hindu,dan Budha.hubungan antar agama di Belitang sangat
harmonis.Keberagaman di Belitang sungguh merupakan aset budaya yang elok karena
masing-masing saling menghormati dan menjaga kerukunan. Indahnya
Indonesia dengan Pancasila-nya.
Mayoritas
pekerjaan penduduk asli Belitang adalah bertani. Namun berbeda dengan
nasib para petani di daerah lain di Sumsel yang umumnya pas-pasan,
masyarakat petani di Belitang bisa dibilang hidup berkecukupan sandang,
pangan, dan papan. Kemakmuran itu tercermin dari rumah-rumah penduduk
yang rata-rata sudah bertembok, lantai tegel, atau plester semen.
Sebagian rumah juga sudah dilengkapi antena parabola besar. Rasanya
sulit ditemukan rumah dari bambu atau kayu yang reyot. Di Belitang saat
ini banyak petani yang memilik mobil mewah.Perkampungan
Belitang juga ramai karena didukung akses jalan beraspal besar yang
mulus, baik jalan menuju Martapura maupun ke Palembang. Di Belitang,
telah berdiri dealer-dealer mobil yang menunjukkan daya beli
masyarakat sekitar lumayan tinggi.
Selain terkenal dengan berasnya,
sebagian warga oku timur juga menanam karet sebagai penghasil lain
seperti karet. Karet saat ini memiliki nilai jual yang tinggi,
harganya saat ini mencapai Rp. 14.000,00.Tentu hal
ini sangat menggiurkan karena dalam 1 hektar dalam sebulan pemilik kebun
bisa mendapat keuntungan sampai 3 juta lebih perbulan, tergantung dari
kualitas pohon karet yang ditanam tentunya.Dengan harga setinggi itu
kesejahteraan petani karet relatif tercapai dan telah menciptakana OKB
alias Orang Kaya Baru(hehehhe).Sehingga banyak masyarakat
saat ini berbondong-bondong untuk membeli lahan untuk ditanami karet.Tak
heran ,meski hanya berprofesi Petani,banyak Petani yang mobilnya lebih
mewah daripara Pejabat. (uang petani nggak ada yang dari korupsi
lho,,hhehehe)
Belitang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas. Tak heran kalau Belitang merupakan daerah persawahan
beririgasi dan menjadi lumbung beras di Sumatera Selatan.Dengan luasnya daerah pertanian yang ada di Belitang serta di
tunjang irigasi yang sangat bagus, Belitang pasti akan menjadi daerah
yang makmur. Apalagi pada tanggal 17 Januari 2007, berkaitan dengan
hari jadi OKU Timur, daerah Belitang di jadikan Kota
Terpadu Mandiri (KTM) oleh kementrankernas kabinetnya pak
SBY.Menurut Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja,
pembangunan KTM dirancang layaknya membangun kawasan transmigrasi yang
bernuansa perkotaan, diharapkan terjadi akselerasi perekonomian pedesaan
dan terwujudnya kawasan transmigrasi yang mandiri yang memberi peluang
investasi dan membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
mengurangi pengangguran dan kemiskinan.Masyarakat di Belitang lebih suka menyebut daerah pertanian sesuai
dengan areal pembagian air dari Sungai Komering, mulai dari Bangunan
Komering (BK) 1, BK 2, BK 3, sampai dengan BK 35.Belitang merupakan
daerah perkebunan karet yang mampu menopang penghidupan masyarakat
.Di
Belitang, kebutuhan keluarga belum terlalu kompleks. Rata-rata, setiap
keluarga mempunyai halaman rumah yang luas, tidak berhimpitan satu
dengan yang lain.
Sebagian besar masyrakat Belitang
mempunyai lahan untuk pertanian,dalam setahun rata-rata petanu sawah di
Belitang bisa panen 2-3 kali.selain menggarap lahan sawah para petani
Belitang juga mengerjakan usaha sampingan seperti budidaya
ikan,sayuran,tukang bangunan,perdagangan,dll.
Pemandangan hamparan padi yang
menguning,diiringi nyanyian burung bisa dinikmati dengan amat
dalam.Mengayun angin sepoi menerpa ujung padi yang mengkilau.Pemandangan
Indah bisa kita nikmati ketika menjelang musim panen padi.
Menikmati sarapan dan makan siang di
tengah sawah bersama sejuknya pemandangan persawahan sungguh
mengasyikan.Nasi tiwul dengan lauk ikan asin,lalap daun singkong rebus
dan sambal terasi begitu nikmattttt.top markotop tempek
penyett,,hhehheh,Nikmatnya melebihi masakan restoran manapun,pokoke
mengalahkan nikmatnya makanan dari cheff Internasional sekalipun.
Untuk sementara Sekian dulu ya..besok kita sambung lagi..